Skip to main content
Gong Budaya

follow us

Di Sini Rumah Kita ; Kumpulan Puisi Amy Datuk Garang

Amy Datuk Garang (66 tahun), termasuk seniman multi talenta dari Sumbar. Ia tidak hanya seniman yang seperti kita kenal selama ini, yaitu seniman patung, pelukis dan penulis esei seni budaya, tetapi kini juga telah menulis puisi. Sebanyak 53 puisinya terhimpun dalam buku berjudul “Di Sini Rumah Kita” (2016) yang didesainnya sendiri, lengkap dengan cover dan ilustrasi gambar menarik di setiap halaman puisinya. Buku ini kini sedang negosiasi penerbitannya dengan sebuah penerbit di Jakarta. “Puisi ini merupakan telaah penjelajahanku tentang hidup dalam merangkai kata, mengumpul simpul dan hakikat kehidupan. Aku menyadari masih jauh perjalanan dalam menelusuri luasnya keindahan, dan dalamnya makna kehidupan. Namun apa yang telah kudapat, ingin kuberbagi dengan sahabat,” tulis seniman kelahiran 24 April 1950 di Batipuh, Tanah Datar, Sumbar ini, dalam pengantarnya di buku ini.

Menurut dia, buku “Di Sini Rumah Kita” adalah buku kumpulan puisi pertamanya, di samping selama ini ia juga banyak menulis berbagai artikel tentang seni dan budaya di koran lokal Haluan di Padang. “Kalau untuk karya puisi, ini adalah buku kumpulan puisi saya pertama, berisi 53 puisi baru, yang saya tulis di tahun 2016 ini. Tapi kalau untuk tulisan esei budaya, sudah 20 buku saya yang diterbitkan selama ini,” kata Datuk Garang di sela-sela kesibukannya jadi pelatih dalam Training Centre lomba melukis siswa SMP utusan Sumbar ke FLS2N nasional, di sebuah hotel di Padang, Selasa (23/8).

Amy Datuk Garang

Dengan menulis puisi, Amy Datuk Garang sepertinya menemukan media ekspresi jiwanya yang baru. Betapa tidak, berbagai persoalan yang selama ini menumpuk dan selalu mengusik jiwanya, kini menemukan media ekspresi yang pas, yaitu lewat puisi. Dominan puisi Amy Datuk Garang dalam buku “Di Sini Rumah Kita” merupakan puisi-puisi yang apik dengan penggunaan diksi dan metaforanya secara cermat. “Menurut saya, Malinkundang itu bukanlah anak durhaka, tapi adalah anak perkasa. Hal itu saya ungkapkan dalam sebuah puisi saya di buku ini,” ujar Datuk Garang sumbringah. Berikut kita nikmati puisi “Malinkundang Anak Perkasa” karya Amy Datuk Garang tersebut. (Catatan Dasril Ahmad)

Malinkundang Anak Perkasa
/Amy Datuk Garang

Di balik legenda si durhaka yang lain tak terungkap.
Membulat tekad bujang melarat mengarungi samudera luas.
Si miskin bermimpi asa dalam gelombang lautan tak bertepi.
Terpanggang, terhempas, bangkit dan terus menembus meneruka
impian, meninggalkan emak dan melaratnya hidup.

Si Buyung terus menyeruak di lorong hidup yang sempit,
mencari hakikat yang tak kunjung berujung.
Tak kenal lelah Malin terus berlari menggapai impian.
Tak semudah membalik telapak-kaki Malin terus melangkah
menerawang bayang ....

Likaliku hidup bujang menerabas ganas siang dan kejamnya malam.
Menggeliat, membubung, menganjung Malin di buritan harap ...
Takdir mengantar Malin ke puncak haluan hidup.
Tak ada yang menduga Malin berada di puncak nasib.
Dahsyatnya kisah si Malin menutup cerita yang lain.
Malinkundang anak perkasa
22-08-16

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar