Skip to main content
Gong Budaya

follow us

Lagi, Sebuah Sajak Zaidin Bakry Ditemukan

Catatan Drs. Dasril Ahmad

Dari sedikit sastrawan Indonesia yang militer, termasuklah Zaidin Bakry, menyusul nama lain di antaranya Toha Mochtar, Trisnoyuwono, Pramoedya Ananta Toer, Toto Sudarto Bachtiar. Idrus Ismail dan Nugroho Notosusanto.

Selain menulis puisi, Zaidin Bakry yang lahir di Kuraitaji, Pariaman, Sumatera Barat, 4 Januari 1922 dengan pangkat militer terakhir adalah kolonel, juga menulis cerpen, esei dan naskah drama. Karya-karya puisinya antara lain terbit dalam antologi “Monumen Safari” (Genta, Padang: 1966) bersama Chairul Harun, Rusli Marzuki Saria dan Leon Agusta. Kemudian “Kumpulan Karya : Hati Prajurit Zaidin Bakry” (Forum Sastra Wanita Tamening: 1997). Buku “Hati Prajurit Zaidin Bakry” diluncurkan dalam sebuah diskusi di aula kantor gubernur Sumbar, Senin (14 April 1997) dengan pembicara kritikus sastra Prof. Dr. Mursal Esten (alm) dan sastrawan Korrie Layun Rampan. Di forum diskusi inilah Mursal Esten mengemukakan bahwa karya Zaidin Bakry menembus waktu secara artistik. Kemudian, puisi Zaidin Bakry juga terbit dalam buku antologi “Hati Prajurit di Negeri Tanpa Hati” (Fam Publishing, 2015), duet dengan puisi karya (putrinya) Sastri Bakry.

Sajak Penyair Zaidin Bakri
Zaidin Bakri Sastrawan Sumbar
Kecuali di tiga buku di atas, sebetulnya masih banyak puisi (dan karya-karya) Zaidin Bakry lainnya yang belum dikumpulkan. Beberapa bulan terakhir saya berusaha mencari dan mengumpulkan puisi-puisi Zaidin Bakry yang lainnya tersebut dengan membongkar tumpukan koran Haluan di perpustakaan pribadi. Kenapa di koran Haluan? Ya, karena di ruangan budaya koran itulah beliau selalu memublikasikan puisinya di tahun 1970-an dulu. Syukurlah, pada April 2015 lalu saya menemukan dua puisi Zaidin Bakry berjudul “Balada Nostalgia” dan “Desi, Oh! Desiku Yang Sepi” dimuat di ruang “Budaya Minggu Ini” (BMI) Haluan, edisi Senin, 19 Agustus 1975. (Dua puisi ini telah masuk dalam buku “Hati Prajurit di Negeri Tanpa Hati”). Kemudian, Rabu (12/6) kemaren, saya menemukan lagi sebuah puisi karya Zaidin Bakry (tanpa judul) di BMI Haluan, edisi Selasa, 11 Nopember 1975. Meski seorang militer yang harus tegas dan disiplin, namun Zaidin Bakry mempunyai hati yang lembut dan romantis, selembut dan se-romantis suasana yang terungkap dalam puisi-puisinya.

Berikut kita nikmati selengkapnya dua puisi Zaidin Bakry (tanpa judul) tersebut.

!
S
sss
sunyi
khidmat
hormatnya
di makam pahlawan
tengah malam november itu
tugu dan nisan, sendu dan rawan
meluluhkan ruang dan melelehkan waktu
angin, pepohonan, langit dan awan gemawan
dan obor menyala terang menolak bayang-bayang
(yang menghilang ke belakang benda-benda bergoyang)
di mana ikrar dan janji diulangi dalam kata
menajam melengking suara sangkakala
menusuk luka dalam kenangan
luka-duka lama beri warna
kelabu di dadadada
dan wajahwajah
kemenangan
semua
apa
?
November ‘75

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar