Pada dekade 1970-1980-an, Sofia Trisni termasuk penyair wanita terkemuka di Sumatera Barat, karena saat itu merupakan masa-masa produktifnya menulis puisi yang dipublikasikan di ruangan sastra/budaya koran "Haluan" di Padang. Waktu itu, kreativitasnya sebagai penyair cukup diperhitungkan. Tak heran kemudian, 15 puisinya lolos seleksi untuk diterbitkan dalam buku “Antologi Puisi 6 Penyair Muda Sumatera Barat 1978” (BKKNI Sumbar, 1978), --sebagai satu-satunya penyair wanita --bersama puisi 5 penyair lainnya dari Sumbar, yaitu: Asri Rosdi, Alda Wimmar Irawan Noer, Indra Nara Persada, Syarifuddin Arifin, dan Yose Hermand. Setelah itu, penyair wanita yang juga sarjana farmasi Unand ini menerbitkan buku kumpulan puisi sendiri berjudul “Nyanyian Februari” (1986), memuat 23 puisinya bertitimangsa dari tahun 1981 sampai 1985.
Sofia Trisni |
Meski sampai sekarang saya belum menemui lagi puisi-puisi terbaru dari penyair wanita kelahiran Talu, Pasaman, Sumbar, 14 Juli 1958, dan menulis puisi sejak SMP di majalah sekolah ini, namun diyakini bahwa ia masih menulis puisi, tapi (mungkin) belum dipublikasikan. Sementara, selain puisi dalam dua buku di atas, sebenarnya masih ada beberapa puisi Sofia Trisni yang dimuat di koran, yang mungkin juga belum sempat ia dokumentasikan. Salah satu di antaranya adalah puisi berjudul “Senandung Sederhana”, dimuat di ruangan Budaya Minggu Ini (BMI) Harian Haluan, Senin, 25 Juli 1988. Kita nikmati puisi tersebut selengkapnya.
senandung sederhana
/Sofia Trisni
(pada charlie, selamat ulang tahun)
kau membutuhkan sepi ketika
kau membutuhkan ramai
kau membutuhkan usai ketika
kau membutuhkan mulai
silahkan
bentangkan sepimu
jatuhkan diri ke pangkuanku
laut telah amat bergelora, sayang
riak di pangkalnya
memusarkan gelombang
bunuh ! bunuhlah luka !
tenggelamkan diri bersuka-ria
hidup bukan semata nyanyian
redupkan peluk dalam kecup
hidup bukan semata mainan
kearifan bukan semata
silahkan
bentangkan sepimu nyalakan dendam
kobarkan amarah
aku perempuan
rahim ibunda menyambut kau istirahat
kau membutuhkan sepi ketika
kau membutuhkan ramai
kau membutuhkan usai ketika
kau membutuhkan mulai
lihat, dahaga rindu yang kau dustai
kau tak akan
membutuhkan lain
bila paham
kau membutuhkanNya
Padang, 31 Agustus 1986