Oleh: Emral Djamal Datuk Rajo Mudo
Tambo
Ba-karih Si Katimuno
patah lai basimpai alun
ratak sabuah jadi tuah.
Jikok dibukak si Tambo Lamo
dibangkik Tareh Nan Talamun
lah banyak ragi nan barubah.
(Berkeris si Katimuno
patah ada bersimpai belum
retak sebuah jadi tuah
Jika dibuka si Tambo Lama
dibangkit sejarah yang terlamun
telah banyak warna yang berubah)
Beberapa ahli sejarah Minangkabau setelah mencoba menggali fakta-fakta sejarah dalam Tambo Minangkabau mengalami kekecewa an. Kekecewaan itu, karena belum dijelaskannya kedudukan cerita, ter masuk jenis cerita apa Tambo Minangkabau itu, sifat-sifat penulisannya, dan sebagainya. Pada hal orang Minangkabau menghargai Tambo Minangkabau (TM) sebagai pusaka litere nenek moyangnya yang berisi sejarah.
Walaupun TM dianggap tidak dapat dijadikan sumber sejarah karena kandungan ceritera sejarah yang sangat “sedikit” sekali, tidak berarti TM itu tidak mengandung cerita sejarah. Namun bila disimak dan ditelusuri secara hati-hati, kemudian membedah Tambo dengan pisaunya, dengan metode penelitian dan pemahaman menurut ilmu adatnya yakni menurut sistem dan metode pendidikan dan pengajaran warisan tradisinya sendiri, tentulah hal itu tidak akan menjadi rumit.
Berbagai kemampuan untuk menafsirkan pesan-pesan adat yang di sampaikan lewat ungkapan-ungkapan metaforik, ambiguitik, dan ale gorik, berupa pepatah petitih, mamang bidal, gurindam, pantun, dan syair-syair yang memiliki makna yang dalam itu, akan dapat mengungkapkan keterselubungan sejarah.
Karena ternyata TM tidak saja mengandung ajaran-ajaran falsafah adat Minangkabau dengan nilai-nilai luhurnya yang tinggi dan mulia. Tetapi juga pesan-pesan peristiwa sejarah yang disampaikan secara kias dan simbolik. Karenanya juga dapat dijadikan sumber sejarah otentik dan lengkap serta tidak mudah dikesampingkan begitu saja oleh para ahli dan peneliti di kawasan ini
Hanya karena tidak mampu menafsirkan berbagai makna simbol, kias dan ibarat yang terkandung didalamnya, baik yang tersurat, tersirat, maupun yang tersuruk, lantas menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Hal mana disebabkan, karena selama ini banyak terjadi pemahaman dan penafsiran terhadap TM yang keliru, sehingga tidak mampu membedakan jenis, fungsi dan klasifikasinya.
Dok. Salimbado, Pusat Kajian Tradisi Minangkabau