Skip to main content
Gong Budaya

follow us

Yang Pertama Mengubah Syair-Syair Bersifat Agama Islam (Bagian – 2)

oleh Endut Ahadiat

Penyair Hamzah Fansuri seorang ulama dan pujangga besar Melayu pertama yang mengubah syair-syair bersifat agama. Hamzah Fansuri adalah seorang yang sangat terkemuka dalam kalangan orang Melayu karena syair-syair dan puisi-puisinya yang menakjubkan.

Syair-syair Hamzah Fansuri yang diketahui tidak kurang 32 untaian. Syair-syairnya dianggap sebagai syair Melayu pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu, yaitu sajak empat baris dengan pola bunyi akhir (a a a a) pada setiap barisnya. Ciri-ciri sajaknya yang menonjol di antaranya menjadi puisi Melayu klasik. Pertama, pemakaian penanda kepengarangan. Kedua, banyak petikan ayat Al-quran, hadis, pepatah, dan kata-kata Arab. Hal ini menunjukkan cepatnya proses Islamisasi dalam penggunaan bahasa, kebudayaan dan sastra Melayu abad ke-16. Ketiga, dalam setiap bait terakhir syairnya selalu mencantumkan takhallus (nama diri), yaitu nama julukan yang biasanya didasarkan pada nama tempat kelahiran penyair atau tempat ia dibesarkan. Keempat, terdapat pula tamsil dan citraan-citraan simbolik yang biasa digunakan oleh penyair-penyair Arab dan Persia dalam melukiskan pengalaman dan gagasannya. Kelima, karena paduan yang seimbang antara diksi (pilihan kata), rima dan unsur-unsur puitik lainnya.

Dalam bidang Sastra, Hamzah Fansuri mempelopori pula penulisan puisi-puisi Islam bercorak kesufian, mistik, metafisik dan pembicaraan terhadap hubungan insan dengan penciptanya dan manusia seluruhnya. Kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lain yang sezaman atau sesudahnya. Beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan syair dan puisi empat baris dengan skema sajak akhir (a a a a) seperti sebelumnya. Dilihat dari strukturnya, syair yang diperkenalkan oleh Hamzah Fansuri seolah-olah merupakan perpaduan antara sajak Persia dengan pantun Melayu. Hamzah Fansuri juga telah berhasil meletakkan dasar-dasar puitika dan estetika Melayu. Pengaruh itu masih dapat diamati sampai sekarang, seperti dalam karya penyair Pujangga Baru, sastrawan angkatan 70-an dan sebagainya. Bidang Kebahasaan, Hamzah Fansuri telah memberikan beberapa sumbangan. Pertama, sebagai penulis pertama kitab keilmuan dalam bahasa Melayu, beliau berhasil mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa intelektual dan ekspresi keilmuan yang hebat. Oleh sebab itu, kedudukan bahasa Melayu di bidang penyebaran ilmu dan persuratan menjadi sangat penting dan mengungguli bahasa-bahasa Nusantara yang lain pada waktu itu.

Kedua, sumbangan dan pemikiran selanjutnya mengenai kebahasaan dapat dibaca dalam syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Hamzah Fansuri, sangat besar jasanya dalam proses Islamisasi bahasa Melayu. Islamisasi bahasa sama saja dengan Islamisasi pemikiran dan kebudayaan. Syair-syairnya bukan saja memperkaya perbendaharaan kata bahasa Melayu tetapi juga mengintegrasikan konsep-konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan dalam sistem bahasa. Karya-karya sufisme dalam bentuk syair telah mengubah perspektif dan fungsi sastra ini. Beliau telah memperkenalkan satu dimensi baru untuk memahami kehidupan dan keindahan. Melalui hasil karangannya, dijelaskan mengapa orang harus mencari Tuhan dan juga sebagai garis petunjuk untuk mencari Tuhan. Syair-syair Hamzah sarat dengan estetika, ilmu dan falsafah berdasarkan pengaruh pantun menunjukkan bahwa Hamzah menguasai puisi Persia bersifat tasawuf dan memupuk rasa cinta akan Allah. Hamzah lah penulis Melayu pertama yang menggunakan syair dalam tulisan agama.

Sesungguhnya, Hamzah melalui pengalaman pribadi dan dirinya sebagai fokus telah menukar konsep sastra, kepengarangan dan konsep diri. Yang paling penting beliau telah mengungkapkan perubahan dari segi persepsi kehidupan dunia Melayu. Hamzah memberi sumbangan yang sangat besar kepada kesusasteraan Melayu dan Nusantara. Karya Hamzah Fansuri: Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana), Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang Berahi), Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang, dan Syair Perahu. Hasil karyanya mengandung benih-benih inovasi yang kemudian diwarisi oleh pengarang Melayu seperti Abdullah Munsyi dan Raja Ali Haji. Baca:juga artikel bagian pertama / (bersambung)

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar