Skip to main content
Gong Budaya

follow us

Menikmati Dadiah (yoghurt tradisional) ala Lembah Gumanti dan Proses Pembuatannya

Satu hal yang menarik terdapat di kawasan Lembah Gumanti banyak kedai/kios yang menjual dadiah atau yoghurt  tradisional dalam bambu
Oleh.Harfiandri Damanhuri

Anda Ingin menikmati dadiah Lembah Gumanti, Kab. Solok ? Datanglah ke Lembah Gumati dan jelang sampai di Lembah Gumati via Jalan lintas propinsi Padang-Solok-Muara Labuh terus ke Kerinci sudah dirintis sejak tahun 80-an dan berkembang lancar sejak tahun 90-an. Selama menempuh perjalanan anda dapat menikmati panorama pucuk daun teh, danau,  hasil pertanian ; markisa, terung belanda,  kubis, bawang merah, seledri, cabe, wartel, tomat, dadih dan rumah gadang.

Satu hal yang menarik terdapat di kawasan Lembah Gumanti banyak kedai/kios yang menjual dadiah atau “yoghurt  tradisional” dalam bambu. Dadih dipajang dibagian depan kedai tersusun rapi, seukuran  bambu lemang. Dadih yang dijual berasal dari susu kerbau betina yang diperas langsung. Air susu perasan ditampung dengan wadah. Setelah itu dimasukan kedalam bambu. Lalu bambu yang sudah berisi susu ditutup rapat dengan plastik lalu diikat dengan “kajai”. Susu tersebut diparam dalam bambu selama 2-3 hari. Masuk hari ke 3, susu dalam bambu akan mengental berubah menjadi susu fermentasi yang biasa disebut “dadiah” berbentuk pasta, lunak tetapi tidak encer.

Jika bambu dadih dibuka akan mengeluarkan aroma amis, sedikit menyengat bau susu asli kerbau. Umumnya dadih dijual dengan harga lk Rp 40.000,- per satu batang bambu. Dari pengalaman pulang kampung saya selalu menyempatkan diri singgah sebentar membeli oleh-oleh berupa dadih dan buah-buahan. Dalam perjalan terpikir oleh saya ; bagaimana cara mengemas kuliner dadih dari Lembah Gumanti ini menjadi satu daya tarik baru (icon) bagi orang yang lalu lalang dijalur ini.
Berdiskusi dengan salah seorang pedagang dadih Lembah Gumanti (Foto.Dok.Harfiandri Damanhuri, 2016)
Setiap orang yang mengunjungi satu daerah lebih dari satu hari, bisa dikatakan sebagai wisatawan. Walaupun ia pulang ke kampungnya sendiri. Jalur ini adalah jalur padat terutama saat hari besar ; liburan, puasa, dan lebaran. Setiap wisatawan dalam melakukan perjalanan selalu ingin menikmati dan merasakan perbedaan suasana, pengalaman baru dengan cara mengabadikan lokasi, aktifitas yang berbeda dari tempat asalnya. Momen tersebut yang selalu dicari, ditunggu lalu direkam dan didokumentasi dengan kamera digital ; berselfi ria.

Ide dan gagasan menarik dari “Kuliner Dadih Kerbau” ini adalah bagaimana satu kedai dadih yang juga menjual buah-buahan menyediakan tempat, sarana dan prasarana untuk para tamu berhenti sejenak. Sambil menikmati kuliner makan dadih. Para tamu juga dapat melakukan aktifitas memeras susu secara langsung dari induk kerbau betina, lalu ditampung dengan wadah. Susu cair yang sudah tertampung ditapis dan dimasukan ke dalam mambu. Bambu sebagai media penyimpanan sudah  disiapkan sebelumnya. Lalu media bambu ditutup rapat dengan plastik/daun dan ditempat disuatu tempat yang aman dan bersih untuk diparam.

Proses dari kegiatan membuat dadih, tentu akan menjadi  satu daya tarik wisata kuliner yang terpadu dengan kegiatan “mini outbond” peternakan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Tentu dengan cara membayar kompensasi untuk dapat melakukan proses pemerasan sampai proses pra-fermentasi (diparam).

Kegiatan memeras susu kerbau inilah yang dijual dalam bentuk paket lengkap ala Lembah Gumanti. Apa yang harus dipersiapan dalam mendukung paket wisata ini diantara ; seekor kerbau betina penghasil susu, lokasi kandang kerbau yang dekat dengan lokasi pedagang, pakaian lengkap, sepatu boat, sarung tangan, masker, topi koboi, ember, air panas, handuk kecil, wadah penampung, bambu. Sedangkan kompensasi yang dibayarkan tamu sesuai dengan ragam kegiatan yang dilakukan.

Ini salah satu strategi memanfaatkan potensi kawasan, usaha pembesaran sapi penghasil susu dadih tradisional dengan harga awalnya hanya Rp 40.000/batang bambu, itupun masih bisa ditawar. Akan menjadi sebuah paket wisata minat khusus yang dapat ditawarkan kepada tamu dengan kisaran harga paket ± Rp.100.000,-perorang. Memeras susu dan menikmati semangkok dadih yang sudah disiapkan sebelumnya dan ditempatkan dalam wadah tempurung atau bambu yang bersih, akan menjadi salah satu daya tarik baru wisatawan untuk datang ke Lembah Gumanti.

Untuk mewujudkannya, maka harus ada satu kedai dijadikan pilot projek dengan mempersiapkan dan melatih SDMnya, penataan lokasi,  ruangan,  dan sirkulasi. Lalu masyarakatnya diberi bantuan sapi dan perlengkapan kegiatan. Tidak lupa ia juga harus dilatih menerima tamu, menyiapkan buku tamu, dan jadwal kedatangan tamu. Paket wisata minat khusus ini akan banyak diminati orang, kerena merupakan salah satu atraksi menarik untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Lembah Gumanti yang berbeda dari daerah lainnya di Sumatera Barat.
Terung virus belanda (Tamarillo) salah satu hasil pertanian Lembah Gumanti (Foto.Harfiandri Damanhuri, 2016)
Atraksi ini akan berkembang dan maju jika pemerintah daerah mau memulai dan mencoba dengan kerja keras, promosi yang kontinu, melibatkan masyarakatnya. Kegiatan ini akan memberikan dampak luas bagi masyarakat, pemerintah daerah, dan sektor lainnya (multiplier effect).  Yang tidak kalah penting adalah “infrastruktur” jalan lintas Padang-Kerinci harus mulus dan tamu-pun dapat berselfi “gaya koboi”  ala Lembah Gumanti. Mau berbuat dan mencoba. Salam konservasi (28 Juli 2016).

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar