Sebanyak 7 buku sastra akan diluncurkan dalam kegiatan “Silaturrahmi Sastrawan Sumatera Barat 2015” yang digelar, Sabtu (22/8) di Hotel Basko, Jln. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar, Padang. Selain peluncuran buku sastra, kegiatan dengan tema “Merengkuh Literasi Masa Lalu Untuk Masa Depan” yang diikuti 150 orang peserta dari kalangan sastrawan, wartawan, dosen, guru dan siswa ini, juga diisi dengan penyampaian orasi sastra oleh sastrawan Darman Moenir, pembacaan puisi oleh penyair dan pembaca puisi terbaik di Sumbar, dialog sastra, dan musikalisasi puisi oleh komunitas seni langit.
Tujuh buku sastra yang diluncurkan terdiri dari 3 buku antologi (puisi, cerpen, dan esei/kritik sastra) yang diterbitkan khusus untuk kegiatan ‘Silaturrahmi Sastrawan Sumbar 2015’ ini yaitu: “Patah Tumbuh Hilang Berganti” (antologi puisi), “Sepenggal Rindu Dibatasi Waktu” (antologi cerpen), dan “Dari Kemilau Masa Lampau” (antologi esei dan kritik sastra). Ketiga buku ini memuat tulisan 60 sastrawan Indonesia, tidak hanya yang berdomisili di Sumbar, tetapi juga di provinsi Riau, Lampung, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Sedangkan 4 buku sastra lainnya adalah, “Gondola” (kumpulan puisi Takari Pria Utama), “Rabab Kusuik” (novel Ismet Fanany), “Hati Prajurit di Negeri Tanpa Hati” (kumpulan puisi duet Zaidin Bakry dan Sastri Bakry), dan “Galodo Antara Dua Sungai” (kumpulan puisi Syarifuddin Arifin).
Silaturrahmi Sastrawan Sumbar 2015 |
Iven “Silaturrahmi Sastrawan Sumbar 2015” ini digelar atas ide dan inisiatif beberapa penulis dan pencinta sastra di Sumbar, di antaranya; Wannofri Samry, Yurnaldi, Syarifuddin Arifin, Yeyen Kiram, Eddie MNS Soemanto, Yulfial Azrial, Elfialdi dan Raden Rita Yusri. Ide ini kemudian diapresiasi baik oleh anggota DPD RI, Emma Yohanna, yang juga penyair aktif menulis puisi di tahun 1980-an dulu.
“Untuk berkarya sekarang saya memang jauh ketinggalan dari kawan-kawan, tapi saya masih menaruh perhatian besar terhadap sastra, seni dan budaya, karena bangsa yang maju adalah bangsa yang berbudaya dan menjunjung tinggi cita rasa, cita seni, dan cinta keindahan,” ujar Emma Yohanna, mengapresiasi kegiatan ini. Emma Yohanna pun berharap, hendaknya kegiatan sastra seperti ini tetap berlanjut setiap tahun, dengan melibatkan para siswa, sebagai upaya untuk meningkatkan apresiasi mereka terhadap sastra. *** (Dasril Ahmad)