Oleh: Dasril Ahmad
Buku “Sejumlah Penyair Sejumlah Cerpenis: Dalam Ulasan Adek Alwi” (APM Publishing, Jakarta, Cet. I - 2015, vii + 86 halaman) yang saya terima di Padang, Rabu (29/04) kemaren, berisi sepuluh tulisan (ulasan sastra) dari Adek Alwi, di antaranya 7 ulasan puisi dan 3 ulasan cerpen. Tujuh ulasan puisi masing-masingnya berjudul: “Puisi-Puisi Epies Gee”, “Kepada Denni Meilizon Soal ‘Daun-Daun Surga”, “Hujan, Goenawan Monoharto”, “Gerbang Senja” Kumpulan Puisi Nova Linda”, “Tiga Besar ‘Sembilan Ribu Hari’ Frieda Amran”, “Perempuan dan Matanya” Dewi Nurhalizah”, dan “16 Sajak Euis Herni dan Beberapa Catatan Pendek”. Sedangkan tiga ulasan cerpen yaitu; “Cerpen Yuli Nugrahani”, “Jendela Rumah Tetangga, Endang Supriadi”, dan “Warna Cinta (-Mu Apa?) Nilla A Asrudian”. Dalam pengamatan saya, tulisan ulasan sastra Adek Alwi ini juga telah pernah dipublikasikannya di media sosial facebook selama ini. Begitu juga, kayaknya karya-karya (terutama puisi) yang diulas Adek Alwi dominan adalah puisi-puisi yang sebelumnya juga telah pernah dipublikasikan penyairnya di facebook, sebelum puisi itu diterbitkan dalam bentuk buku.
Dengan pengalaman sebagai seorang sastrawan dan jurnalis, maka membaca ulasan sastra Adek Alwi dalam buku ini sangatlah menarik, menyenangkan dan memberi manfaat, serasa kita membaca ‘koran pagi’-- menyuguhkan berita hangat/menarik dan bermanfaat bagi kita, yang disajikan dengan bahasa segar, lugas, jelas, dan jauh dari kaedah penulisan bahasa ilmiah yang kerap memusingkan kepala dan mengerinyitkan dahi. Bagi saya, ulasan karya sastra yang ditulis Adek Alwi, putra Padang Panjang kelahiran 21 juni 1953, di buku ini, meskipun singkat, namun padat dengan bahasa yang segar bernilai edukatif dan apresiatif, sehingga akan selalu enak dibaca –oleh siapa saja, di sepanjang waktu, untuk meningkatkan apresiasi terhadap sastra. Apalagi, dalam beberapa ulasannya, Adek Alwi sengaja memaparkan (berbagi) pengalaman pribadinya saat pertama mengenal sastra dan memulai kreativitasnya menulis karya-karya sastra dalam berbagai jenisnya (di antaranya; puisi, cerpen, novelet, dan novel).
Buku Adek Alwi |
Namun, menurut saya, yang lebih menarik lagi adalah tulisan pengantar dari penerbit buku ini yang begitu optimistis terhadap kiprah dan eksistensial Adek Alwi dalam dunia kesusastraan Indonesia sekarang dan masa datang. “Di tengah sepinya kritikus sastra tanah air, Adek Alwi hadir dengan bukunya; SEJUMLAH PENYAIR SEJUMLAH CERPENIS (dalam ulasan Adek Alwi). Buku ini mencoba mengisi kesunyian itu. Ulasannya yang tajam dan santun sangat memberi rangsangan kepada penulis muda untuk terus produktif menghasilkan karya-karya sastra yang baik. Pengalaman Adek Alwi dalam memimpin majalah Anita Cemerlang, koran Sinar Pagi dan media besar lainnya, membuat ia memiliki kompetensi untuk hadir sebagai salah seorang kritikus sastra tanah air. Profesinya sebagai pengajar di perguruan tinggi membuat ulasannya terlihat sangat mendidik.” Tentu, kita berharap, semoga kehadiran buku ini merupakan langkah awal bagi Adek Alwi tampil sebagai kritikus sastra tanah air yang tengah sepi itu. ***
* Dasril Ahmad, kritikus sastra, tinggal di Padang