Akan tetapi A. Chaniago Hr,(alm) (Singgalang Minggu, l989) menuturkan bahwa Puti Panjang Rambut juga disebut dengan nama Putri Linduangan Bulan. Ia menikah dengan Bujang Salamat dan lahirlah Raja Sri Mandul, di dalam cerita Raja Muda. Sedangkan dalam kaba Cin dua Mato disebut Puti Tuo dengan gelar Bundo Kanduang. Seperti di dalam cerita Raja Muda, Puti Tuo juga menikah dengan Bujang Salamat yang dituturkan melalui cerita kias memanjat pohon nyiur gading. Sedangkan dalam Ceritera Poyang Prahmata (Curito Poyang Peghahmato) disebut Puti Panjang Rambut yang menikah dengan Hyang Indojati bergelar Anggun Nan Cendai. Adiknya disebut Raja Megat yang jadi Raja Muda di Ranah Sikalawi.
Menurut Emral Djamal, Cerita Poyang Peghahmato atau pun Kaba Cindua Mato dan cerita Raja Muda merupakan cerita yang mengisahkan mulai suramnya Wangsa Malayu (Malayupura) pada pertengahan abad ke 15. Namun di masa pemerintahan Puti Panjang Rambut masih berhasil dipatahkan suatu penyerbuan yang dilakukan bajak laut Cina yang memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok bajak laut lainnya yang berada di Kiu Lang (Pelabuhan Lama Palembang) yang waktu itu dipimpin Ch’en Tsu Yi. Pemimpin besarnya adalah Liang Tau Ming. (Baca selengkapnya: Beberapa Versi Tentang Kaba Cindua Mato: Bagian Dari Tulisan “Kaba dari Pasisie : Anak Bayang Maanta Angin”) (Bd-1)