Wiwit Zet, begitulah ia menyebutkan namanya dalam sebuah group di media sosial yang bernama “Bengkel Hati Tuk Bersyair”, tempat dimana puisi-puisi ini tersampaikan. Ada sejumlah puisi yang ditulis Wiwit Zet, tapi hanya 10 (sepuluh) puisi saja yang saya ambilkan dan hal itu hanya soal pilihan saja. Selain itu tidak terlepas dari keterbatasan saya memahami mana yang dikatakan sajak (puisi) dan bukan sajak.
Kesepuluh sajak Wiwit Zet yang ditulis dalam timeline akun group media sosial itu, sama sekali tidak ada judulnya. Dugaan saya, puisi-puisi Wiwit Zet itu ditulisnya secara spontan dan jangan-jangan Wiwit Zet sendiri sudah lupa dengan apa yang pernah ditulisnya, terutama timeline sebuah media sosial itu terus bergulir . Kesepluh puisi yang ditulis Wiwit Zet yang ditampilkan dalam blog budaya ini seperti apa adanya --kecuali melengkapi kalimat-kalimat yang ditulis dengan singkatan seperti “yang” dengan “yg” atau “untuk” dengan “utk” dan sejenisnya--.
Wiwit Zet |
Dari data peribadinya, Wiwit Zet berasal dari Supayang, Tanah Datar, Sumatera Barat dan kini bermukim di Batam dan berkerja sebagai lecture begitu ia menyebutnya. Nama formalnya bukanlah Wiwit Zet dan ia adalah alumnus Universitas Bung Hatta. Dalam keperluan ini, kita gunakan saja nama Wiwit Zet yang tentunya sudah menjadi pilihan dari pribadi Wiwit Zet.
Berikut sepuluh puisi Wiwit Zet yang tak satu-pun ada judulnya, dan sebagai penanda antara puisi yang satu dengan puisi yang lain digunakan saja angka-angka, dan angka-angka itu bukanlah judul dari puisi-puisi Wiwit Zet.
1
by Wiwit Zet
mereka semua bilang kecapnya nomer wahid,
tetapi pemenangnya bukanlah yang paling mahal,
bukan pula yang kemasannya yang bagus,
tidak juga yang rasanya paling uenak,
yang jawara adalah yang tak sibok mencari alasan,
yang ubun-ubunnya setia mencium bumi ...
26 Maret 2013
2
by Wiwit Zet
tak kutemukan pelerai kelamku disudut hari ini,
meski sesungging senyum sahaja,
semua berasa mengering di dalam kerontang waktu,
sementara dahaga tak jua sirna ... berlabuh bersama
di senja yang sudah mulai datang rintik-rintik,
dirimu pun tak disitu menungguku ...
21 Maret 2013
3
by Wiwit Zet
derita senja adalah,
saat mentari kembali keperaduanya,
dan tak kan pernah kembali,
dalam kabar yang sama,
meski esok ataupun lusa,
didetik dan menit yang masih sempat terjuntai ...
12 Maret 2013
4
by Wiwit Zet
andaikan bisa,
engkau akan pilih mana,
berdekatan hati atau berjauhan mata,
kerana aku ingin pulang pada
senyum yang tak jemu menunggu,
yang bila kusentuh berasa ada tetapi tak terengkuh,
aku ingin setia pada nada,pada mimpi juga pada kenangan,
meskipun untuk itu aku harus bertahan berselimutkan salju ...
xbata,medio Jan yg basah 'o13
Wz
5
by Wiwit Zet
pada gerimis kali ini,
batu sahaja kubicara,
dan hanya hening disini,
risau ini kan berlalu seperti janggut ... dan seonggok batu
tak jemu bersilat lidah,
kuterawang esok dari sudut rumah ...
25 Oktober 2012
6
by Wiwit Zet
seperti yang sudah - sudah,
aku berdiri termangu didepan pintu,
dengan rasa harap - harap cemas,
dan sejumput rindu yang sudah di stadium 4,
sementara kamu tetap seperti yang sudah - sudah,
berdiam menggumam kata- kata
yang tak pernah singgah ketepian labuhan hati,
betulkah kita akan selalu berdiri di jalur sejajar adinda,
hanya bait itu yang masih nyaring kuhafal,
mungkinkah mantramu tak lagi bertuah,
sementara surau tetap menerima murid baru,
dan kaji tak kan pernah usai ...
11 Desember 2011
7
by Wiwit Zet
ketika terantuk untuk yang kesekian kalinya,
tak ada tempat untuk lari,
tak sempat untuk bersembunyi,
yang ada hanyalah Engkau dan aku,
hanyalah kepadaMu,
bermuara segala doa,
Yaa Rabb ...berilah hamba keluasan hati,
melebihi samudra yang ada ...
11 November 2011
8
by Wiwit Zet
aku harus melihat lagi,dia mati diujung pedangmu,
dan aku percaya kebisaanmu memang mematikan tanpa darah,
tak habis fikir ku menjamah,dari bongkahan besi atau api-kah hatimu.
wahai tuan takuur, ladang ini bukanlah seluruhnya kepunyaanmu,
aku lebih memilih yang memiliki hati tinimbang apimu,
dan aku tak sanggup mendua kalau harus dgmu,
meskipun ujung belatimu juga mencari darah manisku ...
('ntuk musafir yang mati kemaren ...)
15 Oktober 2011
9
by Wiwit Zet
sebait rindu
buat angin yang selalu memanggil dalam diam,
buat air yang selalu beriak dalam diam,
buat api yang memendarkan keinginan manjadi hasrat,
diam-diam tak lagi sepisau sepi
22 September 2011
10
by Wiwit Zet
kalau hanya senyap yang bisa engkau kirimkan,
untuk menjawab segala ragu dan tanyaku
akupun akan tinggal diam,melerai semua benang-benang yang pernah teruntai...kuyakinkan ini bukan lagi "cabiak-cabik bulu ayam",
seperti yang pernah kau jawab, seperti yang pernah salah untuk kau mengerti,
sepertinya mata air ini tak lagi menyejukkan ...untuk kita reguk dalam taratak yang pernah dihilirkan,dalam biduk yang pernah kita mudikkan ...satu hal yang tak bisa hilang , namamu akan tetap hinggap di dalam hati bertuliskan my old brother,
meski matamu masih menyimpan api ...selalulah luka menyisakan perih,
dan bukanlah aku si Malin Kundang itu ...
7 September 2011