DUA penulis Indonesia, yaitu; Lamia Putri Damayanti dari Magelang (kategori cerpen) dan Mardiah Nasution dari Depok (kategori novel) berhak menerima Anugerah Sastra A.A. Navis (A.A. Navis Award) dari Lomba Sastra Aksara (menulis cerpen dan novel se-Indonesia) tahun 2016. Cerpen “Hunian Ternyaman” karya Lamia Putri Damayanti dan novel “Bukan Nahoto” karya Mardiah Nasution, masing-masingnya berhasil meraih juara pertama untuk kategori cerpen dan novel dalam lomba yang berlangsung sejak Desember 2015 hingga Mei 2016 lalu.
Untuk Juara II dan III kategori cerpen adalah, cerpen “Lebaran Keempat” karya Syarifah Lestari, dan “Memburu Waktu yang Hilang” karya Sulfiza Ariska. Sedangkan juara II dan III kategori novel adalah, novel “ Kabut Kota” karya Muhammad Ichsan, dan “Genggamlah Tanganku” karya Fermy Nurhidayat. Penyerahan hadiah bagi pemenang lomba yang diselenggarakan atas kerjasama Program Bahasa dan Kajian Indonesia, Deakin University, Melbourne, Australia; Pusat Kajian Humaniora Universitas Negeri Padang (UNP); dan Penerbit Angkasa Bandung ini, akan dilakukan dalam sebuah acara khusus di Padang, pada tanggal 16 Agustus 2016 mendatang.
“Para pemenang akan memperoleh hadiah uang dan sertifikat. Namun, bagi pemenang pertama, selain memperoleh uang dan sertifikat, masing-masingnya juga menerima Piagam Penghargaan Cerpen dan Novel Terbaik A.A. Navis (A.A. Navis Award). Jadi, untuk Lomba Sastra Aksara 2016 ini, dua penulis terbaik pertama itu berhak menerima Anugerah Sastra A.A. Navis Award. Selain itu, novel dan cerpen terbaik (ditambah 17 cerpen terpilih lainnya) akan diterbitkan oleh Penerbit Angkasa Bandung,” kata Ketua Perlaksana Lomba Sastra Aksara 2016, Prof. Dr. Ismet Fanany dari Melbourne, Australia, lewat pesannya yang diterima Rabu (13/7) malam.
Menurut Ismet Fanany, jumlah naskah yang masuk untuk Lomba Sastra Aksara 2016 ini adalah, cerpen 358 dan novel 207. Lomba ini diikuti oleh penulis dari seluruh daerah di Indonesia. Bukti seriusnya panitia menggelar lomba yang pertama ini, Ismet juga membuat statistik peserta lomba berdasarkan daerah, jenis kelamin dan usianya. “Pak Dasril, ini saya telah menyelesaikan membuat statistik kasar hasil lomba kita, kalau Pak Dasril ingin menulis berita dan ulasan awalnya, yaitu: Entries Jakarta 6%, East Java 15%, West Java 21%, Central Java 16%, Yogyakarta 11%, Banten 1%, West Sumatra 11%, North Sumatra 2%, South Sumatra 1%, Riau 2%, Aceh 2%, Jambi 2%, Lampung 1%, Bengkulu 2%, South Sulawesi 2%, South Kalimantan 1%, Central Kalimantan 1%, West Kalimantan 1%, dan NTB 2%. Male 46%, Female 54% . Age <18 10%, 18-25 39%, 26-35 30%, 36-45 14%, 46-55 6%, dan 56-65 1%,” papar Ismet yang juga sastrawan dan Guru Besar Bahasa dan Kajian Indonesia di Deakin University, Melbourne, Australia itu.
Sastrawan penggagas Lomba Sastra Aksara dan Anugerah Sastra A.A. Navis yang putera Batusangkar, Sumbar, kelahiran 9 April 1952 ini menilai, secara keseluruhan kualitas naskah yang masuk telah sesuai dengan kriteria lomba. Terkesan pemenangnya dominan diraih oleh nama-nama baru dalam penulisan fiksi di Indonesia, dilihatnya sebagai hal yang wajar, pertanda bahwa penulisan fiksi semakin diminati dan berkembang dalam dunia sastra Indonesia dewasa ini. “Sama sekali tidak ada masalah kalau memang mereka betul-betul baru di dunia penulisan fiksi di Indonesia. Malah ini sesuatu yang menggembirakan!” kata Ismet Fanany yang novel terbarunya “Kusut” (Angkasa Raya, Bandung, 2015) diluncurkan di kampus FBS UNP pertengahan Oktober 2015 lalu. *** (Dasril Ahmad).