Pulau Nias memiliki budaya pedalaman era Megalitik, dimana ukiran pada batu-batu besar masih dapat kita jumpai di pedalaman Pulau Nias, bila melakukan perjalan dari pantai barat kota pesisir Gunung Sitoli kearah timur Kacamatan Sirombu. Dalam perjalanan kita dapat menemukan rumah-rumah tradisional Nias yang dirancang tahan gempa dan ukiran-ukiran pada batu yang berdiri tegak menyerupai wajah-wajah manusia dan binatang masa lalu didepan rumah mereka. Budaya ukiran batu ini diperkirakan sudah ada sejak 1.200 tahun silam.
Sedangkan potensi dipermukaan lautnya adalah keindahan gulungan ombak Pulau Nias sudah jauh lebih dahulu dikenal dunia internasional; ombak surfing di Teluk Dalam, Nias Barat Daya. Pengelolaan wisata surfing di Pulau Nias tersebut perlu diatur dengan baik, maka kawasan surfingnya menjadi kacau balau (crowded).
Beberapa surfer dari berbagai belahan dunia mulai mencari lokasi baru titik surfing arah selatan dari Pulau Nias. Bahkan para surfer tersebut tidak takut berlayar melintasi ganasnya gulungan ombak Samudera Indonesia dari utara ke selatan sampai mereka menemukan ombak sufing pertama kalinya di perairan Mentawai di sekitar kawasan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, sehingga para surfer-pun mulai beraktifitas di perairan Pulau Mentawai sejak tahun 2000-an dengan jumlah kunjungan para surfer ke Gugusan Kepulauan Mentawai mencapai angka 6.000 surfer setiap tahunya, Salam Konservasi (Foto dan Narasi. Harfiandri Damanhuri, 29 Juni 2016 /ed-d-1).