Randai secara visual tampak seperti drama musik, yakni para kelompok pemain randai yang melingkar seraya melangkah menurut arah jarum jam dengan mengenakan pakaikan khas minang seperti sarawa (celana) galembong yang juga berfungsi sebagai instrumen dalam permainan. Singkat kata randai merupakan kesenian yang menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu. Dengan demikian, menjadi pemain randai bukanlah perkara mudah, karena seorang pemain Randai mesti memiliki beberapa kemampuan seni secara simultan.
Dalam permainan Randai, tema-tema cerita diambil dari kisah hidup yang ada dan tumbuh dalam masyarakat Minangkabau dan pada masa kekinian terlihat disesuai dengan perkembangan zaman. Karena itu, Randai tidak hanya berfungsi sebagai sebuah hiburan, tetapi sekaligus sebagai media pembelajaran, dimana dalam cerita randai yang diangkat termuat pesan dan nasehat serta pengajaran. Sebagai sebuah permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok, pemain-pemain Randai tidak bebas melakukan aktivitas secara induvidual. Artinya gerakan para pemain dalam permainan Randai berpedoman atau dituntun adanya aba-aba dari salah seorang dari kelompok pemain Randai yang mengetuai permainan yang dalam Randai disebut dengan “janang”.
Sebagai sebuah permainan tradisional Minangkabau, Randai mempunyai sejarah yang panjang dan dalam berbagai literatur ada yang menyebutnya berkaitan dengan sebuah kejadian dalam sejarah masyarakat Minangkabau dulunya. Randai sendiri dimainkan dalam berbagai kesempatan, terutama pada saat adanya pesta rakyat atau keramain, dimana sesuai dengan fungsi Randai sebenarnya adalah medium tradisonal untuk menyampa kaba (pesan). Meskipun belakangan dalam permainan randai tampak pula adanya perubahan-perubahan penyampaian dialog dan gerak seperti adanya pada drama modern. (Bd-1)*