Catatan: Drs. Dasril Ahmad
Buku “Potret Perempuan : Dunia Nyata & Dunia Kata” karya Free Hearty dan Djazlam Zainal (Women For Harmony Institute/ WOHAI, 2014, 304 halaman) yang dititipkan Free Hearty (Bundo Free) kepada penyair Rusli Marzuki Saria (yang kembali dari mengikuti acara PSBNS di Jakarta & Bandung) telah saya terima, Kamis (27/11). Kepada Uni “Yet” Free Hearty/ Bundo Free dan Papa Rusli Marzuki Saria saya mengucapkan banyak terima kasih.
Kehadiran buku ini memperlihatkan kreativitas Free Hearty yang tidak saja mampu menulis puisi, dan fiksi (cerpen dan novel), tetapi ternyata juga mampu menulis esei dan kritik sastra secara apresiatif. Apalagi buku ini merupakan buku apresiasi sastra ketiga, setelah “Keadilan Gender dalam Sastra Timur Tengah, dari Persprektif Feminis Muslim” (2011), dan “Apresiasi Sastra Identitas” (2013), yang ditulis dan diterbitkan oleh pengarang asal Sumatera Barat ini.
Potret Perempuan Free Hearty |
Bidang gender dan sastra telah lama digeluti oleh Free Hearty, wanita pengarang yang juga berprofesi sebagai dosen sastra dan budaya di berbagai perguruan tinggi di Jakarta ini. Justru itulah, bagian pertama buku ini menampilkan kumpulan tulisannya yang selama ini dimuat di beberapa media cetak. Tulisan-tulisannya ini merupakan hasil pengamatan dan pemikiran kritisnya atas apa yang terjadi dalam dunia perempuan di dunia nyata. Tak terkecuali tertuang juga pemikirannya berupa upaya gerakan feminis dalam perjuangan mendapatkan keadilan gender di dunia nyata tersebut.
Bagian kedua buku ini memuat tulisan Free Hearty tentang bagaimana perempuan dicitrakan, diposisikan dan digambarkan dalam beberapa karya sastra, tanpa harus memperdebatkan tentang apa itu karya sastra. Dua karya penulis yang fokus dibahasnya adalah novel Habbiburahman dan kumpulan cerpen Zelfeni Wimra. Juga ada sedikit ulasan tentang kaba Sabai Nan Aluih serta Antigone karya Sophocoles. Ulasan ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas bagaimana citra perempuan dibangun, sekaligus untuk menunjukkan bahwa pandangan feminis dan kesetaraan gender bisa diamati pada karya sastra dan budaya manapun juga. Menariknya, Free Hearty dalam buku ini sengaja menggunakan format gaya penulisan populer, agar terasa ringan dan mudah dipahami, tidak terlalu berformat akademis seperti pada bukunya yang pertama.
Sedangkan pada bagian ketiga dari buku ini berisi sumbangan pemikiran dari Djazlam Zainal yang menggambarkan tentang bagaimana perempuan dimunculkan dalam karya-karya sastra Malaysia. Bagaimana perempuan dipotret oleh penulis perempuan dan penulis lelaki dalam karya-karyanya. Justru itulah, Manneke Budiman menulis endorsmen, “Free Hearty adalah seorang perempuan Minangkabau yang secara konsisten telah menuangkan gagasan-gagasannya tentang perempuan dalam konteks masyarakat patriarkat, sementara Djazlam Zainal adalah seorang penulis laki-laki dari Malaysia, yang juga dikenal sebagai pengamat sastra dari perspektif feminis. Bahwa keduanya hadir bersama dalam sebuah buku berjudul “Potret Perempuan: Dunia Nyata dan Dunia Kata” tak dapat dipungkiri menimbulkan rasa ingin tahu yang cukup menggelitik.” ***